PENGERIAN NIAT
Secara bahasa (Arab), niat (نية) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan. Orang Arab menggunakan kata-kata niat dalam arti “sengaja”.
Dalam kitab I’lam al-Mutawaqqin, Ibnu al -Qayyim berkata tentang pengertian niat; niat adalah pokok segala urusan dan fondasi sebuah bangunan. Niat adalah ruh amal; komandan dan penuntunnya. Sementara amal mengikutinya dan dibangun di atasnya, yang menjadi sah karena sahnya niat dan menjadi rusak karena rusaknya niat.
Didalam Al-Quran mengungkapkan niat dengan kata iradah (kehendak). Allah berfirman;
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥٓ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَٰزَعْتُمْ فِى ٱلْأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّنۢ بَعْدِ مَآ أَرَىٰكُم مَّا تُحِبُّونَ ۚ مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۖ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ
Sungguh Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu sekalian, tatkala kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan bertikai dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan pada kamu sekalian apa yang kamu suka. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memberi maaf padamu. Dan Allah memberi karunia (yang dilimpahkan) pada orang yang ber-iman. (Ali Imran – 152)
Dalam hadist shahih Sesungguhnya (sahnya) amalan itu tergantung niat-niat. Setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasulnya. Berarti hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya; dan siapa yang hijrahnya karena dunia sehingga dia mendapatkannya atau karena perempuan sehingga ia menikahinya, hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuannya. (HR Bukhori-Muslim)
FUNGSI NIAT
Dalam Islam, niat berfungsi sebagai pembeda amalan. Niat membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Niat juga membedakan tujuan seseorang dalam beribadah.
Itulah sebabnya, niat menjadi rukun dan/atau syarat sah semua amal ibadah. Niat menempati posisi pertama dalam setiap rukun atau syarat sah ibadah.
Allah SWT memerintahkan kita, umat Islam, agar senantiasa meluruskan niat beribadah hanya karena Allah SWT saja (ikhlas):
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah/98:5).
Dalam sebuah riwayat disebutkan, ada dua orang melakukan shalat, orang yang pertama meraih keridhaan Allah SWT sehingga dosa-dosanya gugur, sedangkan orang yang kedua mendapatkan kecelakaan dan kemurkaan Allah Azza wa Jalla karena nifak dan riyâ’nya
Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak ada seorang muslim yang kedatangan (waktu) shalat wajib, lalu dia melakukan shalat wajib itu dengan menyempurnakan wudhu’nya, khusyu’nya dan ruku’nya, kecuali shalat itu merupakan penghapus dosa-dosa sebelumnya, selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu untuk seluruh waktu.” (HR. Muslim).
Dari berbagai dalil dan hadist di atas, menghimbau kepada para donatur Yayasan Yatim Piatu Dhuafa Mandiri Darul Quran untuk meluruskan niat bersedekah, karena Allah SWT atau karena iming-iming imbalan yang akan diberikan oleh Allah SWT agar benar-benar Allah SWT ridlo dan donatur tidak mengungkit-ngungkit pemberian sehingga hangus seluruh amalnya.
Masih banyak cerita tentang hilangnya amal seseorang, semoga niat kita lurus karena Allah SWT. Amiin…