Rabu Wekasan adalah istilah dalam tradisi Islam Jawa yang merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Istilah ini berasal dari kata “Rabu” (hari Rabu) dan “Wekasan” (berarti terakhir). Tradisi ini berakar pada kepercayaan masyarakat Jawa dan sebagian umat Muslim tentang makna khusus dari hari tersebut.

Lalu apakah keluarga Mandiri Darul Quran ikut menjalankan?

Kita sebagai warga jawa yang baik, pengasuh Yayasan yatim piatu akan menjalankan adat istiadat selama tidak menyimpang dari syariat dan keyakinan umat islam.

Keyakinan dan Tradisi

  1. Keyakinan akan Bala’ atau Musibah
    Sebagian masyarakat mempercayai bahwa pada Rabu Wekasan, Allah menurunkan banyak bala’ (musibah atau malapetaka) ke dunia. Oleh karena itu, hari ini dianggap sebagai waktu yang penuh ujian dan membutuhkan upaya khusus untuk memohon perlindungan.
  2. Doa dan Ritual Khusus
    Untuk menghadapi keyakinan ini, beberapa tradisi dilakukan, seperti:\n – Shalat Sunnah: Dilaksanakan untuk memohon perlindungan dari bala’.\n – Pembacaan Doa Tolak Bala’: Doa-doa khusus dipanjatkan untuk memohon keselamatan.\n – Sedekah: Sebagai cara untuk menolak bala’ dan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan.\n\n3. Penggunaan Air Doa
    Dalam beberapa tradisi, air yang telah didoakan dibagikan kepada masyarakat untuk diminum atau digunakan sebagai bentuk perlindungan.

Perspektif Islam

Dalam Islam, tidak ada dalil atau hadis sahih yang secara eksplisit menyebutkan adanya keutamaan atau ancaman khusus pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Keyakinan ini lebih berakar pada tradisi lokal dan warisan budaya. Para ulama mengingatkan agar umat Islam tetap berpijak pada ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.